Laman

Minggu, 07 Oktober 2012

DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA

Pendidikan Indonesia mulai diperhatikan oleh pemerintah, pemerintah sudah serius menangani masalah pendidikan Indonesia. Terbukti dari 20% APBN di tahun 2011 ditujukan untuk kepentingan bidang pendidikan. Kita patut memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hal tersebut.

Sekarang ini pendidikan di beberapa daerah di Indonesia sudah menjalangkan pendidikan gratis. Hal ini membawa dampak positif khususnya bagi para masyarakat yang memiliki tingkat perekonomian rendah. Mereka sudah bisa mengecap dunia pendidikan yang dulu bagi setiap orang dianggap mahal dan timbul fenomena dan pradigma bahwa pendidikan hanya milik orang kaya, orang miskin dilarang sekolah.Program pendidikan 9 tahun untuk orang yang kurang mampu mengembalikan semangat anak - anak untuk menimba ilmu.

Pendidikan di Indonesia merupakan sebuah polimik yang tidak akan kunjung habis. Saat ini banyak instansi yang menyindir dan mempertanyakan “Apakah kesejahteraan yang diberikan oleh pemerintah di bidang pendidikan berbanding lurus dengan hasil yang diharapkan?”.

Bagi para pendidik yang memenuhi kualifikasi diberikan penghargaan berupa gaji dua kali gaji pokok ketika mereka telah menyandang gelar guru atau pengajar profesional. Para pengajar, pendidik berbondong-bondong untuk meraih status dan penghargaan tersbut tanpa memikirkan “Apa mereka layak mendaptkan hal tersbut?”.

Tidak sedikit dari beberapa guru yang telah mendapatkan status tersebut melalui prosedur yang telah ditentukan. Akan tetapi masyarakat bayak yang resah melihat kenyataan guru yang telah mendapatkan status sebagai guru professional ternyata tidak memperlihatkan perubahan yang signifikan bagi perkembangan peserta didik mereka. Sebut saja membuat perangkat pembelajaran mereka tidak ahli bahkan ada yang tidak bisa membuat perangkat pembelajaran sama sekali.

Sistem penilaian atau penentuan kelulusan Ujian Nasional juga merupakan problem yang tidak kalah pentingnya. Mengingat penentuan kelulusan bukan lagi hanya ditentukan oleh Ujian Akhir Nasional akan tetapi juga dipengaruhi hasil belajar para peserta didik di sekolah mereka masing-masing dengan melihat nilai Rapor mereka. Karena guru malu ketika ada siswa mereka tidak lulus maka ditempu segala cara agar anak didik mereka lulus. Kepala Sekolah malu, Kepala Dinas malu, Bupati malu, dan Gubernur malu ketika wilayah yang mereka pimpin banyak siswa mereka yang tidak lulus sehingga merekapun memberikan isyarat agar para siswa tersebut bisa lulus dengan istilah “Main cantik”.

Masalah Pendidikan di Indonesia

Peran Pendidikan dalam Pembangunan

 Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia unuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Bab ini akan mengkaji mengenai permasalahan pokok pendidikan, dan saling keterkaitan antara pokok tersbut, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya dan masalah-masalah aktual beserta cara penanggulangannya.

 Apa jadinya bila pembangunan di Indonesia tidak dibarengi dengan pembangunan di bidang pendidikan?. Walaupun pembangunan fisiknya baik, tetapi apa gunanya bila moral bangsa terpuruk. Jika hal tersebut terjadi, bidang ekonomi akan bermasalah, karena tiap orang akan korupsi. Sehingga lambat laun akan datang hari dimana negara dan bangsa ini hancur. Oleh karena itu, untuk pencegahannya, pendidikan harus dijadikan salah satu prioritas dalam pembangunan negeri ini.

Pemerintah dan Solusi Permasalahan Pendidikan

 Mengenai masalah pedidikan, perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim. Gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa masih rendah, pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan aturan UU Pendidikan kacau. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya makin terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat nasional, propinsi, maupun kota dan kabupaten.

 Penyelesaian masalah pendidikan tidak semestinya dilakukan secara terpisah-pisah, tetapi harus ditempuh langkah atau tindakan yang sifatnya menyeluruh. Artinya, kita tidak hanya memperhatikan kepada kenaikkan anggaran saja. Sebab percuma saja, jika kualitas Sumber Daya Manusia dan mutu pendidikan di Indonesia masih rendah. Masalah penyelenggaraan Wajib Belajar Sembilan tahun sejatinya masih menjadi PR besar bagi kita. Kenyataan yang dapat kita lihat bahwa banyak di daerah-daerah pinggiran yang tidak memiliki sarana pendidikan yang memadai. Dengan terbengkalainya program wajib belajar sembilan tahun mengakibatkan anak-anak Indonesia masih banyak yang putus sekolah sebelum mereka menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun. Dengan kondisi tersebut, bila tidak ada perubahan kebijakan yang signifikan, sulit bagi bangsa ini keluar dari masalah-masalah pendidikan yang ada, apalagi bertahan pada kompetisi di era global.

 Kondisi ideal dalam bidang pendidikan di Indonesia adalah tiap anak bisa sekolah minimal hingga tingkat SMA tanpa membedakan status karena itulah hak mereka. Namun hal tersebut sangat sulit untuk direalisasikan pada saat ini. Oleh karena itu, setidaknya setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mengenyam dunia pendidikan. Jika mencermati permasalahan di atas, terjadi sebuah ketidakadilan antara si kaya dan si miskin. Seolah sekolah hanya milik orang kaya saja sehingga orang yang kekurangan merasa minder untuk bersekolah dan bergaul dengan mereka. Ditambah lagi publikasi dari sekolah mengenai beasiswa sangatlah minim.

 Sekolah-sekolah gratis di Indonesia seharusnya memiliki fasilitas yang memadai, staf pengajar yang berkompetensi, kurikulum yang tepat, dan memiliki sistem administrasi dan birokrasi yang baik dan tidak berbelit-belit. Akan tetapi, pada kenyataannya, sekolah-sekolah gratis adalah sekolah yang terdapat di daerah terpencil yang kumuh dan segala sesuatunya tidak dapat menunjang bangku persekolahan sehingga timbul pertanyaan ,”Benarkah sekolah tersebut gratis? Kalaupun iya, ya wajar karena sangat memprihatinkan.”

Penyelenggaraan Pendidikan yang Berkualitas

”Pendidikan bermutu itu mahal”. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp 500.000, — sampai Rp 1.000.000. Bahkan ada yang memungut di atas Rp 1 juta. Masuk SLTP/SLTA bisa mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta.

 Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang kadang berkedok, “sesuai keputusan Komite Sekolah”.

 Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak transparan, karena yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat dengan Kepala Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan pendidikan rakyatnya.
 Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum jelas memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat besar. Dengan perubahan status itu pemerintah secara mudah dapat melemparkan tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum yang sosoknya tidak jelas. Perguruan Tinggi Negeri pun berubah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Munculnya BHMN dan MBS adalah beberapa contoh kebijakan pendidikan yang kontroversial. BHMN sendiri berdampak pada melambungnya biaya pendidikan di beberapa Perguruan Tinggi favorit.

Privatisasi dan Swastanisasi Sektor Pendidikan

 Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik tak lepas dari tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran utang. Utang luar negeri Indonesia sebesar 35-40 persen dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya, sektor yang menyerap pendanaan besar seperti pendidikan menjadi korban. Dana pendidikan terpotong hingga tinggal 8 persen (Kompas, 10/5/2005).

 Dalam APBN 2005 hanya 5,82% yang dialokasikan untuk pendidikan. Bandingkan dengan dana untuk membayar hutang yang menguras 25% belanja dalam APBN (www.kau.or.id). Rencana Pemerintah memprivatisasi pendidikan dilegitimasi melalui sejumlah peraturan, seperti Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, RUU Badan Hukum Pendidikan, Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pendidikan Dasar dan Menengah, dan RPP tentang Wajib Belajar. Penguatan pada privatisasi pendidikan itu, misalnya, terlihat dalam Pasal 53 (1) UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dalam pasal itu disebutkan, penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan.

 Seperti halnya perusahaan, sekolah dibebaskan mencari modal untuk diinvestasikan dalam operasional pendidikan. Koordinator LSM Education Network for Justice (ENJ), Yanti Mukhtar (Republika, 10/5/2005) menilai bahwa dengan privatisasi pendidikan berarti Pemerintah telah melegitimasi komersialisasi pendidikan dengan menyerahkan tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan begitu, nantinya sekolah memiliki otonomi untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah tentu saja akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk menikmati pendidikan berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara yang kaya dan miskin.

 Hal senada dituturkan pengamat ekonomi Revrisond Bawsir. Menurut dia, privatisasi pendidikan merupakan agenda kapitalisme global yang telah dirancang sejak lama oleh negara-negara donor lewat Bank Dunia. Melalui Rancangan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP), pemerintah berencana memprivatisasi pendidikan. Semua satuan pendidikan kelak akan menjadi badan hukum pendidikan (BHP) yang wajib mencari sumber dananya sendiri. Hal ini berlaku untuk seluruh sekolah negeri, dari SD hingga perguruan tinggi.

 Bagi masyarakat tertentu, beberapa PTN yang sekarang berubah status menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) itu menjadi momok. Jika alasannya bahwa pendidikan bermutu itu harus mahal, maka argumen ini hanya berlaku di Indonesia. Di Jerman, Perancis, Belanda, dan di beberapa negara berkembang lainnya, banyak perguruan tinggi yang bermutu namun biaya pendidikannya rendah. Bahkan beberapa negara ada yang menggratiskan biaya pendidikan.

 Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya? Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk cuci tangan.***



Penulis : Muliani

 Program Studi Biologi
 Fakultas Pertanian, Perikanan, dan Biologi
 Universitas Negeri Bangka Belitung

Sejarah Kebohongan Tentang Agama

Oleh Benjamin Radford

Cuplikan film “Innocent of Muslims” baru-baru ini menyebabkan kerusuhan gara-gara menggambarkan Nabi Muhammad sebagai seorang cunihin, penganiaya anak dan penjahat. Beberapa orang Amerika, termasuk duta besar Amerika Serikat untuk Libya, Chris Stevens, tewas dalam aksi protes terhadap film tersebut.

Tetapi di balik kemarahan tersebut, masih belum jelas apakah film itu benar-benar ada. Yang baru ada hanyalah cuplikannya. Investigasi terhadap “film” anti-Islam tersebut sedang dilakukan, tapi masih belum ditemukan bukti apakah film itu ada atau hanya sebuah kebohongan.

Orang membuat kebohongan karena banyak alasan, tapi ketika penipuan dipadukan dengan hal yang berhubungan dengan agama hasilnya bisa menjadi menjadi sesuatu yang lucu hingga menjadi hal yang mematikan.

Berikut adalah tujuh sejarah kebohongan tentang agama:

1. Protokol tetua Zion
Mungkin ini adalah kebohongan tentang agama yang paling terkenal dan jahat dalam sejarah, “The Protokol of the Learned Elders of Zion” adalah sebuah buku yang seharusnya mengungkapkan sebuah rahasia konspirasi orang Yahudi untuk menguasai dunia.

Buku itu pertama kali muncul di Rusia pada 1905, dan meskipun buku tersebut telah dicap sebagai pemalsuan, buku itu masih terus dicetak dan tetap beredar. Banyak orang menudukung kebohongan tersebut, termasuk aktor Mel Gibson, Adolf Hitler, dan pemilik perusahaan mobil Henry Ford, yang pada 1920 membiayai penerbitan setengah juta kopi buku itu.

2. Kain kafan dari Turin (Shroud of Turin) dan relik suci lainnya
Meskipun banyak orang percaya bahwa Shroud of Turin Italia adalah kain kafan pemakaman Yesus, Ada bukti menarik bahwa kain kafan tersebut faktanya adalah sebuah kebohongan, termasuk surat pada 1389 dari Uskup Prancis Pierre d’Arccisto French Bishop Pierre d'Arcisto Pope Clement yang menyatakan bahwa seorang pelukis mengaku bahwa dia menulis surat tersebut.

Memang, bukti dari uskup tersebut sangat meyakinkan bahkan Pope Clement mengakui hal itu sebagai sebuah pemalsuan — salah satu peninggalan suci palsu yang tidak terhitung jumlahnya yang terus beredar saat itu. Usia karbon yang terdapat pada shroud of Turin ternyata tidak sama dengan saat penguburan Kristus tetapi dibuat 14 abad kemudian — tepatnya ketika seorang pemalsu mengaku membuat kain kafan itu. Bahkan yang lebih meragukan lagi, tidak ada catatan keberadaan kain kafan tersebut sebelumnya.

Jika itu adalah benar kain kafan penguburan Yesus Kristus, hal tersebut terlihat meragukan karena tidak ada satu orang pun yang mengetahui tentang kain itu selama 1300 tahun. Meskipun masih banyak orang percaya keasliannya, bukti sejarah dan ilmiah menunjukkan Shroud of Turin mungkin adalah sebuah kebohongan. Seperti ditulis peneliti Joe Nickell di dalam bukunya “Relics of the Jesus” (The University Press of Kentucky, 2007), kain kafan yang ditampilkan di Turin hanya salah satu dari lebih dari 40 kain kafan Yesus yang semua diklaim asli.

3. Raksasa Cardiff
Ketika para petani sedang mencangkul di Cardiff, New York, mereka menemukan sebuah fosil orang pada 1869 yang dianggap sebagai sesuatu yang luar biasa. Cardiff Giant, nama populer fosil itu, adalah sebuah figur yang nyata dengan dimensi seperti manusia — kecuali tingginya yang hampir mencapai 3 meter. Itu sangat unik tapi figur tersebut menjadi perdebatan publik.

Sebagian orang percaya itu adalah ukiran batu, tapi siapa yang akan membuat ukiran batu itu beberapa tahun lalu yang dikubur sangat dalam di bawah tanah? Sebagian orang lainnya, termasuk pastor lokal, yakin bahwa figur tersebut adalah bukti dari kebenaran harfiah dari kitab Injil, terutama pada Genesis 6:4 (“Ada raksasa di bumi pada saat itu” KJV).

Akhirnya, salah satu dari raksasa yang disebutkan di dalam kitab tersebut, ditemukan di lahan pertanian desa di New York! Itu adalah kebohongan yang cerdas yang dibuat seorang laki-laki bernama George Hull yang telah menanam batu ukiran yang kemudian ditemukan para petani, yang membuktikan bahwa apa yang dijelaskan ahli literatur kitab Injil salah.

4. Permainan sulap guru India Sai Baba
Salah satu pemimpin spiritual paling berpengaruh di India, Satya Sai Baba meninggal tahun lalu pada usia 84 tahun. Selama lebih dari lima dekade guru kharismatik tersebut memesona dan membuat para pengikutnya tertegun dengan menunjukkan keajaiban kecil, termasuk membuat abu suci, jam tangan, patung, kalung dan cincin yang terlihat keluar dari udara.

Namun, para penyelidik yang meragukan keajaiban tersebut termasuk Basava Premanand dari Federation of Indian Rationist Associations menuduh Sai Baba menggunakan trik-trik sulap, dan mengatakan semua benda kecil tersebut mudah disembunyikan di dalam tangan dan jubah dengan lengan yang panjang.

Setidaknya dalam satu kasus Sai Baba terlihat dalam film yang dibuat penyelidik Professor Richard Wiseman yang secara rahasia menarik benda-benda kecil dari pengikutnya sambil berpura-pura benda tersebut entah datang dari mana.

5. Penemuan bahtera Nabi Nuh
Usaha menemukan bukti sejarah dan arkeologi dari kejadian tersebut di Injil sering dilakukan dan sebagian mengklaim menemukan bahtera nabi Nuh. Meskipun banyak orang mengatakan penemuan kapal tersebut adalah sebuah kebohongan, pada 1993 seorang pria membuat kebohongan di CBS TV dia acara yang berjudul “The Incredible Discovery of Noah's Ark”.

Acara tersebut menampilkan seorang pria bernama George Jammal, yang mengatakan telah menemukan kapal di sebuah pegunungan di Turki. Sebagai bukti dari penemuannya tersebut, dia dengan bangga menampilkan potongan kayu dari kapal tersebut. Kayu tersebut faktanya adalah kayu pinus yang diasinkan dalam saus kecap, dan Jammal adalah seorang aktor yang bahkan tidak pernah pergi ke Turki.

6. Makam James, Saudara Yesus
Pada 2002 seorang penjual barang-barang antik di Israel mengatakan telah menemukan sebuah kuburan dari batu kapur (digunakan untuk menahan tulang orang yang sudah meninggal) dengan sebuah prasasti dalam bahasa Aramik di salah satu sisi kotak yang mengidentifikasi isinya (kosong) sebagai “James, putra dari Yusuf, Saudara Yesus.”

Penemuan tersebut menjadi pemberitaan internasional karena jika itu benar, mungkin bisa memberikan bukti arkeologi untuk Yesus Kristus. Namun, banyak arkeolog merasa ragu karena beberapa alasan, termasuk karena tidak jelas asal (sejarah) benda tersebut dan karena pola ukiran mawar pada makam di sisi lain telah rusak termakan waktu, sementara tulisan di sekitar prasasti yang masih terlihat jelas menunjukkan bahwa tulisan tersebut baru saja ditambahkan.

Pembersih kapur juga terlihat digunakan pada tulisan tersebut agar terlihat lebih tua dari yang sebenarnya. Pada 2003 pihak otoritas barang antik di Israel menerbitkan laporan yang menyimpulkan bahwa prasasti tersebut adalah pemalsuan ukiran modern di makam tua.

7. Tuhan Bicara kepada Peter Popoff Melalui Radio Gelombang Rendah
Salah satu “televangelis” paling terkenal pada 1980-an adalah Peter Popoff, yang selama khutbah dan kesaksiannya, akan menyebut nama dan alamat rumah penonton yang belum pernah dia temui sebelumnya. Dia bahkan mengetahui detail profil orang seperti penyakit yang diderita anggota keluarga atau nama orang-orang yang telah meninggal. Tampaknya Popoff mendapat pesan tersebut dari Tuhan atau malaikat, dan hal itu membuat penonton dan pengikutnya sangat terkesan.

Pada 1986, pesulap James “The Amazing” Randi mendengar tentang kemampuan menawan Popoff dan memutuskan untuk melakukan penyelidikan. Randi mencatat setiap hal kecil yang mungkin tidak diperhatikan orang lain: Popoff memakai alat bantu dengar atau earphone. Dengan sebuah scanner radio, Randi menemukan bahwa Popoff sebenarnya mendapat informasi biografi tentang penonton dari istrinya (yang berbicara lebih dulu kepada penonton) menggunakan radio. Skandal tersebut menodai jabatannya sebagai pendeta, tapi dia akhirnya berhasil bangkit dan tetap aktif sampai sekarang.